Rohmi Firin - NTB 1

TGB Pencetus Pertama, Umi Rohmi Penerus Utama (Iktikad Baik Jaminan Keberlanjutan Pembangunan)

img
PEMBANGUNAN NTB ini bukan hanya tentang karya pemimpin hari ini, tidak juga hanya sekadar karya pemimpin terdahulu, tetapi pembangunannya adalah buah akumulasi dari pahatan para pemimpin terdahulu, hari ini dan sesudahnya. Apa pasal?

NTB ini bukan pulau sejengkal dua jengkal, sehingga bisa dibangun hanya oleh satu atau dua pemimpin di masanya masing-masing. Karena itu, harus ada iktikad baik dari penerima estafet kepemimpinan untuk berkenan melanjutkan pembangunan yang difondasi pendahulunya.

Tanpa bermaksud menapikan peran penting para pendahulu dari sekian gubernur NTB di masa lalu, pada tulisan kali ini saya "mendaulat" Bapak Dr. TGKH Muhammad Zainul Majdi (TGB) sebagai pemimpin Bumi Gora yang telah meninggalkan lagecy (warisan) yang banyak dicetuskan pada masa kepemimpinannya.

Selama kurun satu dekade (2008-2018) kepemimpinan Syekh TGB, geliat pembangunan di Nusa Tenggara Barat (NTB) melaju kencang. Bidang ekonomi, pertanian, pariwisata, olahraga, pembangunan jalan raya, pelabuhan dan bandara semua maju berkembang.

Kita masih ingat, geliat ekonomi NTB yang meningkat sampai 9,9 persen di atas rata-rata nasional dan menjadi tertinggi di Indonesia. Selain itu Syekh TGB mampu berikhtiar membenahi sistem keuangan daerah dengan menginisiasi lembaga keuangan mikro syariah dan mengubah Bank NTB menjadi bank daerah syariah pertama di Indonesia.

Masih kuat di memori kita sebagai masyarakat NTB, bahwa Syekh TGB pasang badan demi mengamankan harga beras dan jagung petani. Berdasarkan laporan beliau di hadapan Bapak Presiden Jokowi pada momen acara Hari Pers Nasional (HPN) di Mandalika (Selasa, 9 Februari 2016), bahwa NTB waktu itu menghasilkan 1,3 juta ton beras, sedangkan hasil pertanian jagung pada tahun 2015 merupakan penghasil tertinggi di Indonesia, dengan semula hasilnya sebanyak 760.000 ton melonjak sampai 1.010.000 ton.

Prestasi Syekh TGB menakhodai NTB yang tak bakalan hilang juga dalam memori kolektif masyarakat, adalah di saat Lombok (salah satu pulau di NTB) dinobatkan sebagai destinasi halal terbaik dalam ajang internasional di bidang pariwisata, World Halal Travel Summit 2015. Penghargaan tersebut diselenggarakan di The Emirates Palace Ballroom, Abu Dhabi, Uni Emirate Arab (UEA).

Dalam ajang pariwisata halal terbesar itu, Lombok berhasil menyabet dua gelar juara sekaligus yaitu sebagai World’s Best Halal Honeymoon Destination dan World’s Best Halal Tourism Destination.

Hebatnya lagi, Lombok berhasil mengalahkan negara-negara Islam dan negara maju seperti tuan rumah Abu Dhabi, Amman-Jodran, Antalya-Turki, Kairo-Mesir, Doha-Qatar, Istambul-Turki, Kualalumpur-Malaysia, Marrakech-Moroko dan Tehran-Iran. Prestasi tersebut tentu saja sangat membanggakan bagi kita di NTB, bahkan rakyat Indonesia.

Pada PON 2012, kontingen NTB berhasil menyabet sebelas medali emas pada cabang olahraga atletik di Riau, hingga provinsi kita mampu bertengger di posisi tengah, yang semula pada periode sebelum-sebelumnya prestasi atletik daerah ini berada di peringkat ujung. Sebelas medali emas ini melampaui jauh dari target, yang semula kita bermimpi bisa mendapat delapan medali emas. Sebuah capaian emas yang patut dicatat sejarah emas.

Pembangunan jalan raya juga, di masa TGB pada tahun pertama dari periode awalnya sudah menjadi jalan hotmix dari Ampenan hingga Sape. Terkenal, pendekatan percepatan pembangunan yang dipakainya adalah istilah “Tahun Jamak” (alokasi pembiayaan pembangunan difokuskan untuk perbaikan infrastruktur jalan nasional). Sebuah hentakan percepatan pembangunan yang baru kali pertama dicoba dan kebermanfaatannya langsung dirasakan semua orang.

Demikian pula cerita pembangunan dan pembenahan pelabuhan serta bandara. Bandara yang semula di Rembiga Mataram dipindah dan berubah kelas menjadi Bandara Internasional Lombok (BIL) dan sekarang beroprasi dengan nama “Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid” (BIZAM). Dengan buah karya yang satu ini sangat dirasakan pertama kali (tahun 2012) oleh para jeamaah haji kala itu, sampai ada selogan “dari Tanak Awu sampai Tanak Suci”.

Ingat, untuk mencari tahu validitas semua prestasi (bahkan sekian prestasi lainnya) yang saya paparkan tersebut, bisa di-googling. Bila Anda berkenan meng-googling dan mengklik Wikipedia tentang “Muhammad Zainul Majdi” akan tertera profil Gubernur NTB ketujuh ini dengan deretan prestasi dan penghargaan yang diganjarkan kepadanya.

Menariknya, gebrakan dan gaung percepatan pembangunan di masa TGB ini sejak awal periode pertama hingga ia purna tugas tetap menggema. Namun apa hendak dikata, lima tahun terakhir gema pembangunan itu menjadi seakan ia “tidur suri” (ngomong besar tak mampu, teriak nyaring lemah bak kupu-kupu). Padahal, sisi pembangunan yang sudah menggema itu cukup dipertahankan, bukan justru ditinggalkan. Siapa yang salah? Allah Yang Maha Tahu.

Bagikan di